Minggu, 15 Mei 2011

Tugas Cerpen "Menggapai Bintangku" :D

Menggapai Bintangku

Namaku July, aku adalah seorang siswi SMA yang tomboy, sedikit cerewet, dan suka banget semua hal tentang bola. Aku pun memiliki seorang pemain bola idaman, dia adalah Bambang Pamungkas. Semua penggemarnya biasa memanggil dia dengan panggilan “Bepe”. Aku mengidolakannya sejak aku kecil. Rencananya, Sabtu besok Bepe akan meluncurkan buku pertamanya yang berjudul “Ketika Jemariku Menari” di sebuah kantor majalah di Jakarta. Inilah hal yang sudah sangat kutunggu-tunggu sejak lama. Jelas aku harus kesana, membeli bukunya dan meminta Bepe menandatangani buku yang ku beli. Ah, aku tak sabar menanti hari Sabtu.

♥ ♥ ♥

Aku sedang nyenyak tidur ketika bunyi Hp tiba-tiba berdering begitu kencang.

Kriiiiiing…..kriiiiiiing…..kriiiiiiiing…..

Kucoba membuka mata, ini masih Jumat dini hari dan sialnya aku lupa untuk mengaktifkan profil diam hp ku. Kulihat layar handphone ternya Dwi sahabatku menelepon dan langsung ku angkat.

“Halo.” ucapku lirih

“Halo July, udah bangun belum? Hari ini berangkat ke sekolah bareng aku yah, Ok?” Dwi bicara dengan nada kencang dan ceria.

Sontak dengan nada marah aku menjawab, ”Aduh Dwi, ngapain sih pagi-pagi buta gini kamu nelepon aku dan nanyain hal yang gak penting kayak gitu? Ini tuh masih jam 4 subuh tau gak? Ngeganggu orang lagi enak tidur aja. Aku tuh lagi mimpiin Bepe tau. Arrrrrghhh nyebelin sumpah !!!” aku yang cerewet gak bisa berhenti marah-marah sekalipun aku baru bangun tidur.

“Dan satu hal lagi, kamu tau kan wi jadwal aku bangun itu jam 04.30 dan kita emang tiap hari berangkat bareng ke sekolah ! jadi ngapain coba kamu nelepon ?”.

Dengan ceria Dwi menjawab,” Yah July, maapin aku yah. Aku tuh gak bisa tidur semaleman. Jadi sekarang aku telepon kamu deh. Aku tuh gak bisa tidur gara-gara kepikiran trus cowo tadi siang. Itu loh, si tampan yang sekolahnya tetanggaan sama kita,hehehe.”

“ah banyak omong kamu wi, dasar centil. Udah ah aku mau tidur lagi dan nerusin mimpi tentang Bepe. Jangan nyalahin ya kalo aku kesiangan. Bye!”

Tuut…..tuut…. (aku mematikan telepon)

♥ ♥ ♥

Siang hari dikelas, ketika aku dan ke-6 sahabatku sedang asyik nongkrong dan ngerumpi di balkon depan kelas. Kita baru saja selesai ulangan Biologi.

“temen-temen, kalian tau kan besok hari apa?”tanyaku.

“Ya tau lah, besok tuh hari Sabtu Jul.”Jawab Tiar.

“huh, iya iya. Tapi besok itu hari yang spesiaaaal banget buat aku. Masa kalian lupa sih ?”tanyaku sedikit kesal.

“Perasaan besok bukan hari ulang taun kamu deh. Ulang taun kamu kan masih 2 minggu lagi?”jawab Khea heran.

“Ehmmm….. oh iya umi inget umi inget ! Besok kan Bepe ngeluncurin buku pertamanya, iya kan?”sahut umi

“oh iya ya, kok aku juga bisa lupa ya? Terus-terus kamu jadi dating ke acaranya Jul?” Tanya Puput.

“Jadi dong, wajib itu! Makanya aku harus pulang cepet , aku harus siap-siap. Dan sore nanti, aku berangkat deh ke Jakarta, cihuuy :).” Seru ku

“Ih ribet banget sih ! Cuma mau ketemu Bepe doing juga.” Kata Sina.

“ih, sirik aja deh kamu Dwi. Temen Bahagia harusnya kita ikut bahagia.” Lerai Yua.

Serentak yang lain menjawab “Iya gimana sih. Huuuuuu ! “

♥ ♥ ♥

Setibanya di rumah, aku langsung menyiapkan segala keperluanku untuk menginap di Jakarta. Dan sekitar pukul 3 sore aku berangkat. Ini adalah pertama kalinya aku pergi ke Jakarta sendirian. Memang aku akan datang ke acara Bepe bersama ayahku, namun dia sudah menunggu di Jakarta karena dia memang bekerja disana. Sebelumnya aku sedikit susah untuk membujuk ibuku agar ia merelakanku berangkat ke Jakarta sendiri. Namun karena ia melihat semangat dan kegigihanku dan juga karena jarak Bogor-Jakarta tidak terlalu jauh, akhirnya ia mengizinkan.

♥ ♥ ♥

Waktu menunjukkan pukul setengah lima sore, bus yang kunaiki sudah memasuki kawasan Jakarta. Ahh, aku merasa hatiku jadi cenat cenut tak karuan begini. Mungkin karena waktuku untuk bertemu Bepe semakin dekat. Atau… apa jangan-jangan karena laki-laki yang duduk disampingku ya? Sekilas dilihat dari samping dia mirip dengan seseorang, tapi siapa ? Kami pun tidak sempat bertegur sapa. Dan di sekitar kawasan Cawang, dia turun . Sebelum turun dia hanya tersenyum kecil kepadaku dan aku pun membalas senyumnya.

Belum jauh dari Cawang, aku melihat ada sebuah dompet di bawah Jok bus.

“Loh, dompet siapa ini?” aku bertanya-tanya dalam hati.

Ketika kulihat foto yang ada didalamnya, ternyata dompet itu milik laki-laki tadi. Bergegas aku pun turun dari bus tanpa pikir panjang lagi.

“Untung aja belum jauh. Aku masih bisa nyari laki-laki tadi. Tapi……”sejenak ku berhenti berkata

Aku mencoba membuka dompetnya kembali. Aku berpikir siapa tau ada identitas alamtanya. Dan ketika ku perhatikan fotonya kembali….

“Wah, ternyata dia lumayan juga hihi. Eh ini dia kartu siswanya.”tegasku.

Ternyata laki-laki itu bersekolah di SMAN 9 Jakarta, salah satu sekolah favorit di Jakarta. Aku pun tahu dia bernama Riza, Riza Satrya tepatnya. Dia tinggal di daerah Kemang. Lagi-lagi tanpa pikir panjang, aku langsung naik metromini. Dan tak lama setelah itu……..

“Ya ampun, ini kan di Jakarta, bukan di Bogor ! Kenapa aku sok tau begini sih. Ya Allah, aku harus gimana ? Aku gak tau gimana caranya menuju daerah laki-laki itu tinggal?” keluhku dalam hati.

Aku pun akhirnya memutuskan untuk menemui ayah dulu di rumah dan meminta bantuannya besok.

♫ ♫ ♫

Setibanya di rumahku yang di Jakarta, ternyata Ayah sudah pulang dari pekerjaanya.

“Assalamualaikum…” salamku. (Ayah pun membukakan pintu).

“Waalaikum salam. July, kenapa kamu telat sampai sini? Kamu nyasar nak? Kenapa gak telepon ayah?” tanyanya khawatir.

Aku heran mengapa Ayah tiba-tiba cerewet begini. “Hmm, ayah aku gak nyasar kok. Tapi pokoknya ceritanya panjang banget. Aku mandi dulu yah, baru nanti aku jelasin.” Jawabku.

“ Ya sudah, kamu sana mandi dulu. Ayah sudah siapkan air panas.” Kata ayah penuh kasih sayang.

Akhirnya setelah selesai mandi dan sholat, aku menceritakan kejadian tadi. Dan kata ayah besok setelah bertemu Bepe, aku akan ke rumah laki-laki itu untuk mengembalikan dompet.

★ ★ ★

Inilah hari yang kutunggu-tunggu. Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Cuaca dan suhu Jakarta yang panas membuatku tidak nyenyak tidur.

Aku memutuskan untuk bersantai di balkon sambil meminum secangkir teh hangat. Tiba-tiba ayahku menyapa dari belakang.

“Sudah bangun nak?” Tanya Ayah.

“Hmm, iya ayah. July gak bisa tidur. Disini panas banget.” Jawabku.

“Dasar kamu ini, kayak gak pernah lama di Jakarta aja.” Sindir ayah.

“Iya nih, aku udah enak sama cuaca Bogor sih. Hehe” ucapku.

“oh iya nak, ayah mendapat tugas mendadak. Siang ini ayah harus ke kantor. Ada proyek penting, jadi ayah hanya bisa mengantarkanmu ke acara Bepe dan kamu harus pulang sendiri.” Seru ayah.

“Yah ayah, lalu bagaimana aku harus mengembalikan dompet Riza? Aku gak mau kalau dompet ini gak dikembaliin, kita malah jadi dapet bencana.” Keluh ku.

“Tapi harus bagaimana lagi sayang, satu minggu ini Ayah akan sibuk, hanya hari ini Ayah ada sedikit waktu luang untukmu. Ayah minta maaf.ini kan pekerjaan mendadak.” Ucap ayah menyesal.

“Ya sudah lah, sekarang July mau siap-siap berangkat. Dan semoga saja Allah ngasih petunjuk sama kita.” Harap ku.

“Iya amin nak.”

♥ ♥ ♥

Sekitar pukul 7 pagi, aku berangkat bersama Ayah menuju kantor majalah "Bola" tempat peluncuran buku Bepe. Acara padahal baru dimulai jam 10 siang. Ayah pun hanya mengantarku sebentar dan ia langsung berangkat menuju kantornya.

“Hati-hati ya Jul. Kamu bisa pulang sendiri kan?” Tanya ayah khawatir.

“Iya ayah, insya Allah July bisa. Nanti kalau ada apa-apa July pasti telepon Ayah.” Jawabku meyakinkan.

Aku akhirnya membeli buku Bepe yang berjudul “Ketika Jemariku Menari”. Untung saja belum banyak orang yang ngantri. Karena datang pagi, aku jadi beruntung dapat dengan mudah membeli buku itu.

Acara masih belum mulai, dan aku pergi ke toilet sebentar. Tak disangka ketika aku keluar dari toilet, tiba-tiba………….



“Kamu ??” sapa ku kaget.

“Hey, kamu itu yang duduk di sebelahku waktu di bus ya?” Jawab Riza.

Betapa senangnya dan tak menyangka aku dapat bertemu dengan Riza di tempat ini. Aku bersyukur pada Allah karena ini artinya aku tidak perlu susah mencari alamat rumahnya untuk mengembalikan dompet Riza.

“Ka…kamu Riza kan? Ya Allah, Alhamdulillah aku bertemu kamu disini!” seruku sangat gugup.

“Iya aku Riza, memangnya kenapa? Kok kamu bisa tau nama aku ?”Tanya Riza.

“Aku yang menemukan dompetmu di bawah jok bus waktu itu. Dan aku sedang berusaha untuk mengembalikan dompet ini ke kamu.” Jawabku.

“Oh ya? Alhamdulillah ! Lalu apa kamu membawa dompet itu sekarang ?” Tanya Riza penuh harapan.

“Tentu saja, Ini (aku mengeluarkan dompet Riza dari tasku). Aku tau pasti ini sangat penting untukmu.” Jawabku.

“Terima kasih banyak ya. Beruntung dompet ini ditemukan oleh orang yang jujur sepertimu. Sekali lagi terima kasih.” Kata Riza senang.

“Ya sama-sama.”

“Oh iya, siapa namamu?”Tanya Riza.

“Namaku July, dan kamu sedang apa disini?”tanyaku balik.

“July, nama yang bagus. Hmm, oh iya aku disini menemani kakak iparku. Dia yang akan meluncurkan buku hari ini.” Jawab Riza.

Aku sangat terkaget-kaget mendengarnya .

“Apaaa ? maksud kamu , kamu adik ipar bambang Pamungkas? Tanyaku kaget.

Riza pun menjawab “Yaa, bisa dibilang begitu. Apa kamu salah satu penggemarnya?”

“Tentu saja, aku mengidolakannya dari kecil. Aku rela berangkat dari Bogor kesini demi bertemu langsung dengan Bepe walaupun kecil kemungkinannya.” Ucapku penuh harapan.

“Kalau begitu sebagai tanda terima kasih, aku akan memberimu sesuatu. Ayo ikut aku!” Tegas Riza.

“Kita mau kemana?” tanyaku heran.

“Ayo ikuti saja!”

♡ ♡ ♡

Ternyata, Riza mempertemukanku secara langsung dengan Bambang Pamungkas. Idola No. 1 di hatiku. Seketika aku menangis dan memeluk Bepe. Riza menceritakan semuanya kepada Bepe.

“Kamu July? Terima kasih sudah menolong Riza ya.” Ucap Bepe pertama kali.

“Iya saya July. Saya penggemar berat Mas Bepe. Saya gak menyangka bisa bertemu langsung dengan Mas sekarang.”

Aku tak berhenti menangis karena tidak menyangka aku dapat dengan mudah menemui Bepe langsung. Ini semua berkat Riza, ternyata ia adik dari Mbak Tribuana Tungga Dewi, istri dari Mas Bambang Pamungkas. Dan wajah mereka sangat mirip. Oleh karena itu pertama kali aku bertemu Riza dia seperti mirip seseorang.

Aku cukup lama berbincang-bincang dengan Bepe. Dan satu yang penting, aku berfoto bersama Bepe dan juga Riza. Tak lupa Bepe memberi tanda tangan diatas buku yang ku beli setelah acara selesai.

“Terima kasih banyak Mas. Aku sama sekali tidak menyangka dapat berbincang-bincang langsung dengan Mas Bepe.” Seru ku sangat senang.

Ternyata Bepe sangat sangat ramah dan tidak membuatku kecewa.

“Iya sama-sama cantik. Satu hal, jangan berhenti untuk bermimpi dan mewujudkan mimpimu ya !” pesan Bepe padaku.

“Ya Mas, aku akan selalu pegang pesan Mas Bepe. Semoga kita dapat bertemu lagi di lain waktu. Dan sukses selalu Mas.” Harapku .

“ya, semoga saja dan terima kasih July”.

Akhirnya aku pamit pulang. Tak lupa aku berpamitan pada Riza. Dia ternyata mengantarkanku pulang. Akhirnya aku puas dan bersyukur atas hari ini. Aku akan selalu mengingat kenangan indah dan singkat bersama Bambang Pamungkas. Allah ternyata baik padaku. Aku akhirnya kembali ke Bogor dengan hati senang dan tenang.

SEKIAN